Salah satu pertanyaan menarik yang saya dapat dari komentar di blog
ini adalah apakah lebih baik membeli flash dulu atau membeli lensa yang
lebih baik kualitasnya daripada lensa kit (lensa bawaan saat membeli
kamera untuk pertama kali).
Apa yang saya baca dari laman InfoFotografi di facebook,
jauh lebih banyak yang memprioritaskan lensa daripada lampu kilat. Saya
sendiri pada awalnya juga begitu. Dahulu, saya sering ditugaskan
sebagai fotografer dokumentasi acara. Saya pikir lensa yang berkualitas
tinggi dan berbukaan besar akan bisa memecahkan masalah saya. Tapi lensa
sendiri, baik yang kualitasnya tinggi sekalipun, gagal memecahkan
masalah saya dalam pencahayaan.
|
Flash Canon 580EX |
Seringkali di ruangan, cahaya lingkungan bercampur baur dari cahaya
dari lampu di dalam ruangan yang kadang berwarna tidak sama, dan
matahari dari luar yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela. Selain
itu, cahaya di dalam ruangan biasanya sangat sedikit, sehingga meski
saya mengunakan lensa dengan bukaan sangat besar pun masih harus
menaikkan ISO cukup tinggi, akibatnya kualitas foto menurun karena noise
yang tinggi dan saturasi warna yang hilang.
Setelah menghabiskan puluhan juta untuk membeli lensa, akhirnya saya
membeli lampu kilat pertama saya yang seharga dua jutaan. Dengan lampu
kilat ini, kualitas foto saya secara konsisten meningkat dari acara ke
acara.
Dari sini saya menyadari bahwa, mengandalkan lensa dan cahaya
lingkungan semata, sering sekali sulit mendapatkan hasil foto sesuai
dengan yang kita inginkan. Maka dari itu, lampu kilat merupakan suatu
investasi yang sangat baik untuk saya.
Beberapa tahun belakangan ini, saya semakin menyadari bahwa dengan
mengunakan lampu kilat, saya bisa belajar banyak tentang pencahayaan
(salah satu pilar utama fotografi) dan saya berharap membeli lampu kilat
jauh-jauh hari sebelumnya.
Lalu kenapa sebagian besar dari kita berbondong-bondong memilih lensa
berkualitas tinggi daripada lampu kilat? Ada beberapa asumsi yang
terbersit di benak saya diantaranya:
- Lampu kilat apalagi lampu studio itu mahal
- Lampu kilat susah dipakai (tekniknya sulit dipelajari)
- Sulit mendapatkan foto yang alami dengan lampu kilat
Sebenarnya asumsi itu tidak semuanya benar, misalnya lampu kilat itu
sebenarnya tidak begitu mahal relatif dibandingkan dengan lensa dengan
kualitas tinggi yang lebih dari 10 juta rupiah. Dengan 10 juta, Anda
bisa mendapatkan 2 set lampu studio lengkap dengan payung, tas, dan
sebagainya (buatan Cina tentunya hehe). Lampu kilat portable (yang bisa
dipasang di atas kamera) rata-rata hanya dua jutaan per lampu.
Lalu, apakah lampu kilat susah dipakai? Nah untuk yang ini saya rasa
ada benarnya. Bila kita mengunakan lampu kilat, eksposur cahaya tidak
hanya bergantung pada bukaan, shutter speed dan ISO saja, tapi sudah ada
variabel baru yaitu kekuatan flash, jarak flash terhadap subjek dan
overlap antara cahaya flash dan cahaya lingkungan.
Dan apakah memakai flash membuat foto kelihatan tidak alami? Nah ini
tergantung, flash bisa merusak foto bila tidak digunakan dengan baik,
tapi akan menjadi luar biasa bila digunakan dengan benar. Untuk ini
memang harus di pelajari tekniknya (lihat poin diatas).
Balik ke topik utama
Siapa yang memerlukan lensa, siapa memerlukan flash? Saya pikir ini balik lagi ke kepribadian dan jenis foto yang disukai:
- Bila Anda menyukai suka foto di luar ruangan secara alami seperti
pemandangan/landscape, street photography maka kemungkinan besar flash
bukan aksesoris yang penting. Aksesoris seperti tripod yang kokoh, atau
filter yang berkualitas mungkin lebih penting.
- Bila Anda menyukai bekerja di dalam ruangan (studio) sehingga bisa
bekerja kapan saja baik siang, malam, subuh, dan menyukai kemampuan
mengendalikan pencahayaan secara total maka investasi ke sistem lampu
kilat lah yang lebih penting daripada lensa.
- Ada juga yang suka-dua-duanya atau campuran, yaitu fotografer yang
menyukai mengunakan cahaya alami dan dipadu dengan lampu kilat. Untuk
golongan ini, saya sarankan untuk mengatur dana yang cukup seimbang
untuk lensa dan lampu kilat.
Sumber : infofotografi.com