close
angkajitu88.com
Tampilkan postingan dengan label Camera Digital. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Camera Digital. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Juli 2012

Membuat Langit Tampak Lebih Biru

Saya punya sedikit trik keren untuk semua teman sesama Rebel. Jika kamu sedang mencari cara cepat untuk memperoleh pemandangan langit yang lebih biru dan awan yang lebih detail, maka tip ini adalah untuk kamu.

Canon Rebel (atau EOS 550D) menawarkan beberapa gaya gambar yang dapat disesuaikan dengan keinginan kamu. Pengaturannya dapat dilakukan dengan menekan tombol Picture Style (tanda panah).

Tombol Picture Style
Untuk mengedit gaya gambar sesuai dengan keinginan, kamu harus mengakses menu Setup.
  1. Cari opsi ‘Picture Style’ (halaman 91 pada manual Canon 550D)
  2. Pilih ‘Standard Picture Style’
  3. Tekan tombol ‘DISP.’
  4. Pilih ‘Contrast’ dan tekan ‘SET’
  5. Pindahkan panah ke kiri sehingga kamu memiliki kontras -4
Kontras dengan pilihan -4 adalah cara TERMUDAH dan TERCEPAT untuk mendapatkan langit yang lebih biru dan awan yang lebih detail.
Jika masih kurang, maka coba:
  • Gunakan gunakan filter circular polarizer yang akan memberikan kamu kendali atas jumlah saturasi di langit.
  • Gunakan RAW – format RAW ditujukan untuk pengguna tingkat lanjut, tetapi memungkinkan kamu untuk mengolah tingkat detail langit dengan perangkat lunak.

Sumber : digifotografi.wordpress.com

Selasa, 03 Juli 2012

Tips Segitiga Emas Photografi

Kunci dari mendapatkan foto yang ideal tergantung dari segitiga emas fotografi. Segitiga emas fotografi adalah bukaan (aperture), kecepatan rana (shutter speed) dan ISO. 

Dikutip dari Infofotografi... dari Kombinasi dari ketiganya menentukan gelap terangnya sebuah foto.

 

BUKA'AN / APERTURE / DIAFRAGMA

Aperture adalah bukaan lensa kamera dimana cahaya masuk. Bila bukaan besar, akan banyak cahaya yang masuk dibandingkan dengan bukaan kecil. Selain merupakan salah satu cara mengendalikan cahaya yang masuk, bukaan di gunakan juga untuk mengendalikan kedalaman ruang (depth of field / dof).

Dalam prakteknya, jika Anda berada di lingkungan dimana cahaya sangat terang, maka kita bisa menutup bukaan sehingga lebih sedikit cahaya masuk ke dalam. Jika kondisi lingkungan gelap, maka kita bisa membuka bukaan lensa sehingga hasil akhir menjadi optimal.

Bukaan juga bisa digunakan untuk mengendalikan kedalaman ruang. Bukaan besar membuat kedalaman ruang menjadi tipis, akibatnya latar belakang subjek menjadi kabur. Bukaan kecil membuat kedalaman bidang menjadi besar, akibatnya semua bidang dalam foto menjadi tajam atau berada dalam fokus.

Hal yang unik dan sering membingungkan pemula adalah nomor dalam setting bukaan adalah terbalik dengan besarnya bukaan. Misalnya angka kecil berarti bukaan besar, sedangkan angka besar berarti bukaan kecil. Contoh: f/1, f/1.4, f/2, f/4. f/5.6, f/8, f/16, f/22 dan seterusnya.

Setiap lensa memiliki bukaan maksimum dan minimum. Angka yang tertera dalam lensa seperti f/3.5-5.6 berarti makimum bukaan bervariasi antara f/3.5 sampai f/ 5.6.

 

SHUTTER SPEED

Kecepatan rana (shutter speed) adalah durasi kamera membuka sensor untuk menyerap cahaya. Satuan shutter speed adalah dalam detik atau pecahan detik. Biasanya berawal dari 1/4000 detik sampai to 30 detik. Variasi shutter speed ini diatur dari badan kamera bukan dari lensa.
Selain mempengaruhi kuantitas cahaya yang masuk, shutter speed mempengaruhi foto dalam dua hal:
  1. Kecepatan rana yang cepat membekukan (freeze) objek yang bergerak.
  2. Kecepatan rana yang lama menangkap gerakan (motion) objek secara berkesinambungan.
Dalam praktek, kita mengunakan kecepatan rana yang tinggi untuk membekukan gerakan subjek yang bergerak, seperti pada foto liputan olahraga. Sebaliknya, kita mengunakan kecepatan rana yang rendah untuk merekam efek gerak, seperti dalam merekam pergerakan air terjun.

 

ISO

ISO adalah ukuran sensitivitas sensor terhadap cahaya. Ukuran dimulai dari angka 50, 80 atau 100 dan akan berlipat ganda sampai 3200 atau lebih besar lagi. ISO dengan ukuran angka kecil berarti sensivitas terhadap cahaya rendah, ISO dengan angka besar berarti sebaliknya.

ISO dengan angka besar atau disebut juga ISO tinggi akan menurunkan kualitas gambar karena munculnya bintik-bintik yang dinamakan “noise”. Foto akan terlihat berbintik-bintik seperti pasir dan detail yang halus akan hilang. Tapi untuk kondisi yang sulit seperti sedikit cahaya dalam ruangan, ISO tinggi seringkali diperlukan.

Di era kamera analog, ISO dikenal juga dengan ASA. Di jaman analog, ASA tergantung dari film yang kita pasang di dalam kamera. Namun di jaman sekarang, ISO bisa diubah sewaktu kita menghendakinya melalui kamera.

Dengan bermain dengan tiga setting dasar kamera, Anda akan bisa membuat foto Anda menjadi gelap, terang atau sedang. Gelap terangnya hasil akhir dalam foto tentunya tergantung selera Anda.

Mengoptimalkan dan Memahami Shutter Speed

Apa sih shutter speed itu ?

Shutter Speed adalah rentang waktu saat shutter di kamera terbuka dan sensor melihat objek yang akan difoto. Gampangnya, shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula.

Atur Shutter Speed seperti ini :

  • 500, berarti rentang waktu sebanyak 1/500 detik.
  • Setting Shutter Speed di kamera biasanya dalam kelipatan 2, jadi kita akan melihat deretan seperti ini : 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30, dan seterusnya.
    Kini hampir semua kamera juga mengijinkan setting 1/3 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapat; 1/500, 1/400, 1/320, 1/250, 1/200, 1/160, dan seterusnya.
  • Untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil foto yang berbayang. Kita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod atau menggunkan fitur image stabilization.
  • Batas aman lainnya, Shutter Speed harus lebih besar dari panjang lensa. Jadi kalau memakai lensa 50mm, gunakan shutter minimal 1/60. Jika memakai lensa 17mm, gunakan shutter speed 1/30.
  • Untuk membekukan gerakan, gunakan shutter speed setinggi mungkin. Semakin cepat objek bergerak yang ingin kita bekukan dalam foto, semakin cepat shutter speed yang dibutuhkan. Untuk membekukan gerakan burung yang terbang misalnya, gunakan mode Shutter Priority dan set Shutter Speed di angka 1/1000 supaya hasilnya tajam dan tidak kabur. Contoh dibawah ini menggunakan shutter speed yang tinggi untuk mendapatkan gambar dari burung kolibri.
Menggunakan Speed tinggi
  • Ketika memotre benda bergerak, kita bisa secara sengaja melambatkan shutter speed untuk menunjukkan efek pergerakan. Contoh gambar foto air terjun berikut diambil menggunakan shutter speed lambat dan hasilnya air menjadi selembut kapas. 

Dengan Speed rendah

Tips Memotret Siluet

Siluet adalah foto dengan objek utama gelap total dengan background yang terang. Memotret siluet tidaklah sesulit yang dibayangkan, asal anda tahu langkah-langkahnya insya Allah dapat tuh foto siluet.

(Foto:oneslidephotography)

Berikut 5 Tips Memotret Siluet :

  1. Matikan Flash.
    Yang pertama dan terpenting adalah flash di kamera anda harus dalam kondisi off. kalau tidak, kamu akan mendapatkan foto biasa karena objek utamanya tidak jadi gelap. :D
  2. Cari kondisi pencahayaan yang tepat (backlight).
    Untuk menghasilkan foto siluet, background harus lebih terang dibandingkan objek utama. Itulah kenapa kebanyakan foto siluet dilakukan saat sunset atau sunrise, di mana matahari sebagai sumber cahaya ada di belakang objek yang ingin difoto.
  3. Carilah objek yang bentuknya menarik.
    Foto siluet akan sangat menonjolkan bentuk objek utama, oleh karena itu carilah objek dengan bentuk yang menarik dan memiliki karakter yang kuat.
  4. Carilah background yang tepat. Untuk mendapatkan siluet, anda harus menemukan background yang lebih terang. Usahakan juga untuk mendapatkan background yang menarik, tapi juga tidak ramai sehingga objek utama terlihat sangat menonjol. Langit dan pantai adalah contoh favorit.
  5. Ukur eksposur dengan tepat. Sebisa mungkin gunakanlah Mode manual Eksposur. Set metering di spot metering. Lakukan pengukuran di daerah background yang paling terang. ubahlah kombinasi aperture dan shutter speed sesuai dengan hasil metering (aperture besar untuk background yang agak kabur dan aperture kecil untuk background yang tajam). Setelah menentukan aperture dan shutter speed yang dipilih, arahkan kamera ke objek utama. Aturlah yang terbaik dan tentukan fokus di objek utama, baru kemudian dipotret.
Sekian tentang 5 Tips Memotret Siluet. Semoga berguna bagi kita semua.
Sumber : widhionline.com

Tips Membuat Foto yang Bening

(Ilustrasi foto:life123)
Beberapa saat yang lalu ada yang menanyakan bagaimana membuat foto yang bening. Foto yang bening menurut saya adalah foto yang cukup terang, jelas, dan tajam. 

Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa anda lakukan, di kutip dari infofotografi :

 

PENCAHAYAAN & EXPOSURE

Hal pertama yang penting diperhatikan adalah pencahayaan. Di luar ruangan jika kondisi pencahayaan lingkungan tidak baik, misalnya langit berawan tebal, berkabut, berasap dan lain lain, kita akan sulit membuat foto yang bening. Di dalam ruangan, cahaya yang gelap atau berwarna aneh seperti ungu, hijau, juga bisa menyulitkan kita.

Kita juga harus belajar melihat arah dan jatuhnya cahaya ke subjek foto. Jika arah cahaya tidak ideal, bayangan cahaya tersebut dapat membuat subjek foto tidak jelas. Cara mengatasi pencahayaan yang buruk biasanya adalah mengunakan pencahayaan buatan / flash. Cara lain yaitu mencari lokasi yang lebih baik atau menunggu waktu/cuaca yang tepat.
Saat memotret, mengandalkan mode AUTO kamera sering juga tidak sesuai yang kita inginkan. Jika nuansa foto di sekeliling gelap, kamera bisa membuat subjek foto terlihat terlalu terang. Sebaliknya jika latar belakang  lebih terang dari subjek foto, kamera bisa membuat subjek foto gelap.

Untuk mengatasi masalah ini, kita harus belajar dasar fotografi, terutama berlatih mengatur exposure dengan belajar mengunakan mode manual (Baca segitiga emas fotografi). Cara lainnya jika kita memakai mode semi otomatis seperti P, A(Av), S (Tv) adalah mengunakan fungsi kompensasi eksposur untuk mengatur terang gelap yang diinginkan.

 

KAMERA, LENSA & EDITING

Kamera dan lensa yang berkualitas akan memudahkan kita untuk membuat foto yang bening, tapi hal ini tidak utama. Jika pencahayaan buruk dan kita tidak bisa mengatur exposure, foto yang dihasilkan akan kurang baik.

Editing / post processing bisa membantu memperbaiki exposure yang terlalu gelap/terang, mempertajam dan memperjelas foto, mempermulus wajah dll. Banyak software yang bisa digunakan, yang populer antara lain Adobe Lightroom dan Photoshop CS.

Meski kelihatannya praktis mengandalkan editing, tapi yang paling penting masih teknik memotret dan kondisi pencahayaan. Karena jika pencahayaannya memang kurang baik atau foto kita blur, foto tersebut sulit diselamatkan. (sf)

Selasa, 26 Juni 2012

Review Kamera Nikon D-600

Kamera DSLR full frame bukanlah piranti yang bisa didapatkan dengan harga murah. Untuk itulah rumor mengenai kedatangan kamera yang diduga bernama D600 ini ramai dibahas.


Pasalnya, Nikon selaku sang produsen akan melepas piranti entry-level full frame DSLR ini dengan harga terjangkau, demikian seperti dilansir dari Gizmodo, Jumat (15/6/2012). Rumor ini makin panas dengan kemunculan foto bocoran piranti tersebut yang dirilis oleh xitek.

Disebutkan, Nikon D600 dibekali dengan sensor full frame 24,7 MP, layar LCD 3,2 inch, 39 AF point dan tentu saja kemampuan perekaman video full HD.

Nikon Rumors memprediksi, kamera yang memiliki sensitivitas ISO hingga 25.600 ini bakal dibanderol di kisaran harga USD 1.500 atau sekitar Rp 14 juta (USD 1 = Rp 9.432).

Apa itu mahal? Yang pasti, kamera DSLR full frame terkenal dihargai tinggi. Beberapa produk lain harganya pun jauh dari itu.

Seperti Nikon D800 yang dibanderol USD 3.000 atau sekitar Rp 27 juta (body only). Sedangkan Canon EOS 5D Mark III dipatok Rp 33 juta. Bahkan, EOS-1D X lebih wah lagi, dilepas di harga Rp 60 jutaan.

Kemudian juga dari Nikon ada D4 yang dilepas di angka USD 6.000 atau berkisar Rp 54 juta. Namun tentu saja, masing-masing memiliki spesifikasi yang berbeda. (inet.detik)
The following is a complete specification 2012 Nikon D600 review camera:
  • 24.7MP full frame sensor
  • Weight: 760g (850g with battery and memory cards), the D800 weights 900g
  • 3.2? LCD with 921K dot with ambient sensor control
  • HDMI output
  • Video compression: H264/MPEG-4
  • Full HD with 30p, 25p, 24p, HD with 60p, 50p, 30p, 25p
  • Viewfinder coverage: 100% for FX , 97% for Dx
  • Built-in AF motor
  • No built-in GPS
  • ISO range: 100-6400 (with Lo-1 ISO 50 and Hi-2 ISO 25,600)
  • 39 AF points (with an option of 11 AF points), 9 cross-type AF points
  • AF face detection
  • Exposure compensation: ±5 EV (same as the D800)
  •  Li-ion battery EN-EL15 rechargeable
Sembari menanti kepastian dari Nikon, berikut bisa ditilik sejumlah foto bocoran yang diduga milik D600:

(Foto : sitesgadget)

Sabtu, 23 Juni 2012

Tips Foto PreWedding Minim Alat

Sering menolak tawaran foto pre-wedding karena tidak memilki peralatan lengkap? Sebaiknya jangan lakukan itu lagi. Hanya bermodalkan satu kamera DSLR dan lensa kit, Anda bisa menerima proyek pre-wedding jutaan rupiah. Kami akan memberikan beberapa tips ringan dalam memotret pre-wedding dengan peralatan minim.

Foto: Ilustrasi (2.bp.blogspot.com)
 Percaya diri
Ini adalah hal pertama yang harus Anda lakukan pertama kali. Sekali Anda tidak percaya diri di depan klien, maka saat itu pula sang klien akan merasakannya. Tunjukkan profesionalitas meski di tangan Anda hanya sebuah kamera DSLR entry level dengan lensa kit kebanggaan. Lensa kit bukanlah produk gagal, jadi kemampuannya juga bisa diandalkan.  
Gunakan jurus bokeh
Pastikan format RAW+L sudah dipilih di kamera dan ciptakan hasil foto layaknya bidikan lensa prime. Maksimalkan bukaan lensa kit (3.5) untuk menghasilkan bokeh yang memesona. Cara pertama adalah menempatkan objek menjauh dari background,  lalu dekatkan lensa dengan objek (usahakan tidak  melakukan zooming) agar bukaan tidak berubah. Yang perlu diingat, lakukan cara ini dalam kondisi siang atau pencahayaan tinggi.
Jika melakukan pemotretan malam hari, Anda bisa menggunakan teknik BULB atau low speed (tidak perlu flash). Carilah posisi paten untuk dudukan kamera (tidak perlu tripod). Yang harus dilakukan adalah mencari lokasi (background) yang tepat dan memberitahu klien Anda untuk tidak bergerak dalam beberapa detik.
Perbanyak Aksesoris
Aksesoris pakaian adalah solusi pintar dalam menutupi kekurangan foto. Edukasi klien agar memakai pakaian yang bergaya lengkap dengan aksesoris fashion atau pendukung (seperti rangkaian bunga tangan, dll).  Usaha ini akan semakin manis dengan mengubah komposisi warna menggunakan white balance pada kamera.
Kuasai Teknik Dasar Photoshop
Memaksimalkan color balance, mengatur saturation, dan menambah beberapa efek bisa Anda lakukan untuk menghias foto pre-wedding. Jika ingin instant, unduh beberapa action yang gratis di berbagai forum, maka dengan sekali KLIK! Dapatkan foto dengan warna spesial. Terakhir, atur foto membentuk sebuah kolase yang simple dan menarik.
Kemas Foto dengan Baik
Tahap ini adalah tahap finishing. Cetak foto Anda di tempat terpercaya, gunakan kertas foto (doff/glossy) sesuai selera klien. Lakukan laminasi foto (juga berdasarkan kesepakatan awal). Pilihlah bingkai cantik dan minimalis (disesuaikan dengan nuansa foto). Jika masih tersisa modal, bungkuslah dengan kreatif layaknya sebuah lukisan mahal.
Semoga Bermanfaat dan Selamat berkarya.....

Sumber : ruangkamera.com

Tips Foto PreWedding Minim Alat

Sering menolak tawaran foto pre-wedding karena tidak memilki peralatan lengkap? Sebaiknya jangan lakukan itu lagi. Hanya bermodalkan satu kamera DSLR dan lensa kit, Anda bisa menerima proyek pre-wedding jutaan rupiah. Kami akan memberikan beberapa tips ringan dalam memotret pre-wedding dengan peralatan minim.

Foto: Ilustrasi (2.bp.blogspot.com)
 Percaya diri
Ini adalah hal pertama yang harus Anda lakukan pertama kali. Sekali Anda tidak percaya diri di depan klien, maka saat itu pula sang klien akan merasakannya. Tunjukkan profesionalitas meski di tangan Anda hanya sebuah kamera DSLR entry level dengan lensa kit kebanggaan. Lensa kit bukanlah produk gagal, jadi kemampuannya juga bisa diandalkan.  
Gunakan jurus bokeh
Pastikan format RAW+L sudah dipilih di kamera dan ciptakan hasil foto layaknya bidikan lensa prime. Maksimalkan bukaan lensa kit (3.5) untuk menghasilkan bokeh yang memesona. Cara pertama adalah menempatkan objek menjauh dari background,  lalu dekatkan lensa dengan objek (usahakan tidak  melakukan zooming) agar bukaan tidak berubah. Yang perlu diingat, lakukan cara ini dalam kondisi siang atau pencahayaan tinggi.
Jika melakukan pemotretan malam hari, Anda bisa menggunakan teknik BULB atau low speed (tidak perlu flash). Carilah posisi paten untuk dudukan kamera (tidak perlu tripod). Yang harus dilakukan adalah mencari lokasi (background) yang tepat dan memberitahu klien Anda untuk tidak bergerak dalam beberapa detik.
Perbanyak Aksesoris
Aksesoris pakaian adalah solusi pintar dalam menutupi kekurangan foto. Edukasi klien agar memakai pakaian yang bergaya lengkap dengan aksesoris fashion atau pendukung (seperti rangkaian bunga tangan, dll).  Usaha ini akan semakin manis dengan mengubah komposisi warna menggunakan white balance pada kamera.
Kuasai Teknik Dasar Photoshop
Memaksimalkan color balance, mengatur saturation, dan menambah beberapa efek bisa Anda lakukan untuk menghias foto pre-wedding. Jika ingin instant, unduh beberapa action yang gratis di berbagai forum, maka dengan sekali KLIK! Dapatkan foto dengan warna spesial. Terakhir, atur foto membentuk sebuah kolase yang simple dan menarik.
Kemas Foto dengan Baik
Tahap ini adalah tahap finishing. Cetak foto Anda di tempat terpercaya, gunakan kertas foto (doff/glossy) sesuai selera klien. Lakukan laminasi foto (juga berdasarkan kesepakatan awal). Pilihlah bingkai cantik dan minimalis (disesuaikan dengan nuansa foto). Jika masih tersisa modal, bungkuslah dengan kreatif layaknya sebuah lukisan mahal.
Semoga Bermanfaat dan Selamat berkarya.....

Sumber : ruangkamera.com

Tips Foto PreWedding Minim Alat

Sering menolak tawaran foto pre-wedding karena tidak memilki peralatan lengkap? Sebaiknya jangan lakukan itu lagi. Hanya bermodalkan satu kamera DSLR dan lensa kit, Anda bisa menerima proyek pre-wedding jutaan rupiah. Kami akan memberikan beberapa tips ringan dalam memotret pre-wedding dengan peralatan minim.

Foto: Ilustrasi (2.bp.blogspot.com)
 Percaya diri
Ini adalah hal pertama yang harus Anda lakukan pertama kali. Sekali Anda tidak percaya diri di depan klien, maka saat itu pula sang klien akan merasakannya. Tunjukkan profesionalitas meski di tangan Anda hanya sebuah kamera DSLR entry level dengan lensa kit kebanggaan. Lensa kit bukanlah produk gagal, jadi kemampuannya juga bisa diandalkan.  
Gunakan jurus bokeh
Pastikan format RAW+L sudah dipilih di kamera dan ciptakan hasil foto layaknya bidikan lensa prime. Maksimalkan bukaan lensa kit (3.5) untuk menghasilkan bokeh yang memesona. Cara pertama adalah menempatkan objek menjauh dari background,  lalu dekatkan lensa dengan objek (usahakan tidak  melakukan zooming) agar bukaan tidak berubah. Yang perlu diingat, lakukan cara ini dalam kondisi siang atau pencahayaan tinggi.
Jika melakukan pemotretan malam hari, Anda bisa menggunakan teknik BULB atau low speed (tidak perlu flash). Carilah posisi paten untuk dudukan kamera (tidak perlu tripod). Yang harus dilakukan adalah mencari lokasi (background) yang tepat dan memberitahu klien Anda untuk tidak bergerak dalam beberapa detik.
Perbanyak Aksesoris
Aksesoris pakaian adalah solusi pintar dalam menutupi kekurangan foto. Edukasi klien agar memakai pakaian yang bergaya lengkap dengan aksesoris fashion atau pendukung (seperti rangkaian bunga tangan, dll).  Usaha ini akan semakin manis dengan mengubah komposisi warna menggunakan white balance pada kamera.
Kuasai Teknik Dasar Photoshop
Memaksimalkan color balance, mengatur saturation, dan menambah beberapa efek bisa Anda lakukan untuk menghias foto pre-wedding. Jika ingin instant, unduh beberapa action yang gratis di berbagai forum, maka dengan sekali KLIK! Dapatkan foto dengan warna spesial. Terakhir, atur foto membentuk sebuah kolase yang simple dan menarik.
Kemas Foto dengan Baik
Tahap ini adalah tahap finishing. Cetak foto Anda di tempat terpercaya, gunakan kertas foto (doff/glossy) sesuai selera klien. Lakukan laminasi foto (juga berdasarkan kesepakatan awal). Pilihlah bingkai cantik dan minimalis (disesuaikan dengan nuansa foto). Jika masih tersisa modal, bungkuslah dengan kreatif layaknya sebuah lukisan mahal.
Semoga Bermanfaat dan Selamat berkarya.....

Sumber : ruangkamera.com

Rabu, 20 Juni 2012

Tips Foto Model

Saat latar belakang foto berwarna putih atau warna yang terang, dan saat kita mengunakan evaluative/matrix metering, hasil foto kita bisa kurang terang karena metering kamera menganggap keseluruhan scene terlalu terang. Akibatnya, wajah subjek yang difoto akan terlihat gelap dan kurang menonjol.

Ada dua cara untuk mengatasi masalah seperti ini. Cara yang pertama adalah dengan mengunakan mode spot. Cara kedua adalah mengunakan kompensasi eksposur dan mengubahnya ke nilai positif. Dengan demikian, wajah model foto menjadi terang.

Di contoh foto dibawah saya mengunakan fungsi kompensasi eksposur sebesar +1 sehingga wajah foto model terlihat pas terangnya.
Foto ini dibuat saat workshop foto portrait model ini di Jakarta.

ISO 200, 100mm, 1/100 detik, f/2.8 - mode Aperture Priority, Exposure Compensation +1, Evaluative metering. Model: Putri Blouvia

Sumber : infofotografi.com

Tips Mengatur Kompensasi Eksposur

Jika Anda mengunakan setting otomatis atau semi otomatis di kamera saku atau kamera digital SLR Anda, maka prosesor dalam kamera akan berusaha menerjemahkan pemandangan yang ada dan kemudian mengatur setting yang optimal untuk pemandangan tersebut.

Di banyak kesempatan, mode otomatis memang bekerja sesuai dengan keinginan kita. Tapi di beberapa situasi lainnya, kamera gagal menangkap apa yang kita inginkan atau gambar yang direkam tidak sesuai dengan pemandangan yang ada.

Misalnya bila pemandangan yang mau di foto didominasi oleh warna putih / terang seperti salju, tembok putih dan sebagainya, biasanya hasil foto akan tampak abu-abu atau lebih gelap daripada aslinya. 

Sebaliknya bila pemandangan yang ada didominasi dengan warna hitam seperti di dalam cafe yang temaram, di malam hari dan sebagainya, hasil foto biasanya lebih terang daripada yang sebenarnya.

Untuk mengatasi kesalahan intepretasi kamera, kita dapat mengunakan fungsi tombol Kompensasi Eksposur (Exposure Compensation).

Cara mengunakannya sangat sederhana. Bila ingin hasil foto menjadi lebih terang, Anda bisa menaikkan nilai kompensasi eksposur sebesar +0.3, 0.7 sampai +2 atau lebih. Sebaliknya bila Anda ingin hasil foto menjadi lebih gelap, Anda tinggal turunkan nilai kompensasi eksposur tersebut.

Tombol kompensasi ekposur termasuk gampang ditemukan, tombol ini bersimbol plus dan minus.

Menariknya, fungsi ini bisa Anda temukan dari kamera saku yang murah sampai kamera digital SLR yang canggih. Untuk pemakai kamera saku yang tidak memiliki fungsi manual, fungsi ini menjadi penting karena
Anda bisa mengatur besarnya cahaya yang masuk layaknya seperti fungsi manual.

Selamat Mencoba!

Sumber : infofotografi.com

Tips Memilih Mode Metering yang Tepat

Banyak dari kita yang masih belum mantap dalam memilih mode metering yang digunakannya saat memotret. Padahal mode metering adalah fitur standar kamera digital, bahkan hingga kamera ponsel modern pun kini sudah menyediakan fitur ini. Kali ini saya coba membuat tulisan soal tips memilih mode metering yang tepat, dengan harapan kita bisa mendapat foto dengan eksposure yang baik di setiap kondisi pencahayaan.

Fotografi adalah bermain dengan cahaya, dimana kendali akan cahaya ditentukan dari tiga komponen eksposure yaitu shutter, aperture dan ISO. Dalam menentukan nilai eksposure ini, kamera mengukur intensitas cahaya yang masuk melalui lensa dan proses ini dinamakan dengan istilah metering. Pada prinsipnya kamera akan berupaya menjaga eksposure yang pas dimana foto yang dihasilkan memiliki area gelap (shadow), area tengah/grey (midtone) dan area terang (highlight) yang berimbang. Tidak seperti mata manusia, sensor pada kamera digital (atau film pada kamera analog) punya rentang sensitivitas terhadap cahaya yang tidak terlalu lebar sehingga ada saja kasus dimana kamera gagal mereproduksi kondisi aktual di lapangan dalam sebuah foto. Contoh yang paling mudah ditemui adalah terjadinya highlight clipping atau area terang yang detailnya sudah hilang dan ini sering dijumpai pada foto dengan kontras tinggi. Sebaliknya, sebuah foto bisa dikatakan tidak tepat eksposurenya bila banyak area shadow yang terlalu gelap sehingga bisa dibilang under-eksposure.

Pilihan mode metering disediakan untuk mengakomodir berbagai kondisi pemotretan yang pasti punya banyak variasi pencahayaan, mulai dari siang terik, kontras tinggi hingga tempat yang kurang cahaya. Pilihan mode yang umum dijumpai pada kebanyakan kamera digital yaitu :
  • multi segment/evaluative/matrix : mengukur cahaya pada keseluruhan bidang foto
  • center weight : mengukur cahaya dengan prioritas utama pada area tengah foto
  • spot : hanya mengukur cahaya di titik kecil tertentu dan mengabaikan cahaya di area lainnya
Kita kupas satu per satu ya….


Pada mode metering yang pertama, yaitu multi segment/evaluative/matrix metering, kamera menentukan eksposure berdasarkan perata-rataan pengukuran cahaya di seluruh bidang foto.  Caranya, sensor pada modul light meter dibagi ke dalam beberapa area kecil lantas kamera mengukur intensitas cahaya di tiap-tiap area tadi. Selanjutnya kamera akan mengkalkulasi rata-rata dari intensitas cahaya dan menentukan eksposure yang sesuai. Inilah mode yang dianggap paling memberikan eksposure yang paling tepat dan punya akurasi yang tinggi.

Pada mode ini, semakin banyak area yang menjadi referensi pengukuran maka akan semakin presisi hasil perhitungannya, dan semakin kecil resiko metering kamera meleset. Mode ini jadi mode ‘default’ untuk kebanyakan situasi pemotretan dan bisa diandalkan untuk dipakai sehari-hari. Masalahnya, ada situasi dimana mode ini bisa tertipu, seperti saat ada cahaya yang lebih terang diluar objek foto dan bisa mengacaukan kalkulasi kamera.

Di mode kedua, yaitu center weight, kamera masih mengandalkan pengukuran dari banyak area sensor namun lebih memprioritaskan pengukuran pada bidang tengah foto dan cenderung mengabaikan intensitas cahaya di luar area tengah itu. Dengan memakai mode metering ini, area tengah yang umumnya jadi subjek foto, bisa mendapat eksposure yang lebih tepat. Mode ini cocok untuk potret wajah atau kebutuhan lain yang memang mementingkan eksposure yang tepat pada bagian tengah foto. Namun untuk foto landscape, mode ini kurang cocok karena pada foto landscape tiap bagian pada foto punya arti yang sama pentingnya.

Di mode ketiga yang bernama spot metering ini kamera hanya mengukur cahaya pada sebidang titik kecil (sekitar 5% dari bidang foto) dan akan mengabaikan 95% area selain titik tadi. Mode ini berguna untuk memotret di tempat yang pencahayaannya amat kompleks dimana bila tidak memakai mode spot maka tidak akan didapat eksposure yang sesuai. Pada kamera DSLR, spot meter bisa disinkronkan dengan titik AF yang ada sehingga kamera akan mengukur spot meter pada titik AF yang dipilih (tidak selalu harus ditengah).

Kasus yang umum membutuhkan kita untuk memakai spot meter adalah saat keseluruhan bidang foto lebih terang atau lebih gelap dari objek yang akan difoto. Namun bila salah memakai mode ini, foto yang dihasilkan bisa jadi terlalu terang atau gelap, maka itu perlu banyak berlatih.

Perlu diingat bahwa nilai eksposure tidak ada standar pasti. Kita hanya mengandalkan mata untuk menilai apakah foto yang dihasilkan sudah memiliki eksposure yang tepat (kadang foto yang agak gelap atau agak terang tidak berarti foto itu gagal). Bila menurut kita ternyata foto yang dihasilkan oleh kamera belum sesuai dengan keinginan, bisa dikompensasikan dengan kompensasi eksposure (Ev) ke arah negatif (lebih gelap) atau positif (lebih terang). Bisa juga bermain kuncian eksposure (exposure lock), bila kita ingin berkreasi lebih kreatif lagi..

Jadi, tips yang saya bisa sharing disini :
  • mode evaluative/matrix cocok untuk dipakai sehari-hari, apalagi bila area yang difoto relatif rata pencahayaannya
  • bila ingin mendapat akurasi eksposure yang baik di bagian tengah foto, gunakan center weight
  • center weight juga cocok dipakai bila ada backlight di belakang objek foto
  • gunakan spot meter bila kita gagal mendapat eksposure yang tepat pada objek foto memakai mode lainnya
  • bila kamera anda tidak ada mode spot meter, alternatifnya gunakan partial metering (seperti EOS 1000D)
  • bila eksposure yang diberikan kamera masih belum memuaskan, siasati dengan bermain Ev ke arah plus (terang) atau minus (gelap)
  • banyak berlatih dengan berbagai mode metering dan amati perbedaannya
Semoga bermanfaat, salam….

Sumber : gaptek28.wordpress.com

Belajar Fotografi : Melihat Cahaya

Fotografi pada dasarnya adalah proses membuat gambar dengan merekam cahaya, tapi banyak yang mengaku menguasai fotografi, tapi tidak peka dan tidak mengetahui bagaimana mengunakan cahaya. Fenomena ini ibaratnya seperti pelukis yang tidak bisa mencampur cat minyak dan menuangkannya kedalam kanvas saat dia melukis.

Hal ini tidak terlepas karena kemajuan teknologi kamera digital. Kamera di jaman sekarang hampir semua yang ada memiliki mode auto atau semi auto. Dimana kita membiarkan kamera untuk memutuskan berapa cahaya yang masuk. Saya tidak menyalahkan penggunaan teknologi yang membuat pengambilan foto menjadi lebih praktis dan akurat sesuai realitas yang ada, tapi bila Anda ingin foto Anda dapat menginspirasi banyak orang, maka Anda perlu belajar melihat cahaya.

Tanda-tanda bila Anda telah bisa melihat cahaya antara lain: Mampu melihat kontras (perbedaan intensitas cahaya dan warna) dan Mampu melihat arah cahaya (depan, belakang, samping, atas, bawah).

Sekilas, ini sederhana, tapi tanpa latihan, sulit menguasai ilmu ini. Saran saya adalah letakkan kamera Anda, dan pergilah jalan-jalan, amati baik-baik lingkungan Anda dari segi kontras dan arah cahaya. Coba visualisasikan foto yang ingin Anda ambil.

Selanjutnya, ambillah kamera Anda (yang ada mode manualnya). Set kamera itu ke manual (M) mode dan ambillah foto secara mengevaluasi cahaya yang ada. Mengapa mengunakan mode manual ? karena di mode ini Andalah yang membuat keputusan berapa besar dan berapa lama cahaya yang masuk ke dalam sensor kamera.

Selanjutnya, ubahlah foto Anda ke foto hitam putih. Dan dari sana, coba perhatikan apakah foto itu menarik? bila foto tersebut memiliki kontras yang rendah, atau arah cahaya yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada, maka besar kemungkinan Anda belum berhasil dalam memgunakan cahaya dengan baik.

Selamat belajar!

Sumber : infofotografi.com

Tips Foto Lebih Dramatis

Museum Prasasti di Jakarta berisi makam / kuburan peninggalan Belanda. Uniknya di taman prasasti ini banyak patung dan prasasti yang cukup menarik. Museum/taman/kuburan ini sangat populer sebagai tempat foto model di Jakarta. Karena cukup unik, rimbun dan juga strategis karena terletak di pusat kota. Ide saya adalah bagaimana melukiskan suasana suram dan kotor seperti kuburan tua yang terbengkalai.

Pertama-tama saya mencari bentuk-bentuk yang menarik seperti patung-patung malaikat kecil berwajah sendu yang cukup banyak dan bervariasi. Saya juga mencari cahaya yang bagus. Pencahayaan yang bagus versi saya adalah cahaya yang  menguatkan karakter subjek yang difoto.

Foto dibawah ini adalah salah satu contohnya. Cahaya matahari sore hari sekitar pukul 14.45 – 15.00 sudah cukup rendah dan menyinari bagian samping wajah. Jatuhnya cahaya pas ke wajah patung. Untuk mendapatkan cahaya yang jatuhnya oke, dibutuhkan kesabaran dan pengamatan yang cukup jeli. Banyak sekali patung disana, tapi cahaya matahari yang jatuh kurang ideal, misalnya cahayanya datar-datar saja atau tidak mengenai bagian patung yang menarik (misalnya cahaya jatuhnya ke tangan patung, wajah patung gelap).

Kiri : foto original langsung dari kamera, Kanan : Foto yang di edit, dengan penguatan warna coklat dan hijau. Kontras juga dinaikkan supaya lebih dramatis

Setelah foto, saya tinggal menguatkan suasana foto yang saya inginkan (suram dan kotor). Dengan Adobe Photoshop Lightroom, saya mengaktifkan split tone yang menguatkan warna coklat dan hijau. Supaya suasananya lebih dramatis lagi, saya meningkatkan kontras sehingga bagian yang gelap menjadi lebih gelap lagi.

Foto dibuat dengan kamera pocket Panasonic LX3 dengan setting  sbb: ISO 80, f/3.5, 1/200 detik, 60mm (equiv. full frame).
Setting kamera dan kamera yang dipakai tidak begitu penting dalam kasus foto diatas, yang paling penting adalah kemampuan untuk melihat cahaya.


Sumber : infofotografi.com